Soalan + Jawapan

LATIHAN 3 (CERPEN JAKET KULIT KIJANG DARI ISTANBUL)

Baca petikan cerpen di bawah ini dengan teliti, kemudian jawab soalan-soalan yang berikutnya  dengan menggunakan ayat anda sendiri.

“Please…,” aku belum menghabiskan kata-kata.  Dia tiba-tiba mengiringkan badan.  Tangan kirinya diangkat melepasi kepala dan berkata, “You can go to hell.”

Dua orang pembantu kedai rakannya cuma mendiamkan diri.  Barangkali kejadian seperti itu sudah biasa berlaku.

Perasaanku begitu terganggu.  Aku sudah bersedekah sebanyak empat kali sejak berada di Turki.  Kepada seorang pengait benang yang kesejukan di Pigeon Valley, kepada seorang kanak-kanak bersama-sama dengan datuknya yang buta di Gunung Bolu, kepada seorang lelaki tua yang cacat anggota di masjid Ulu, dan kepada tabung Masjid Biru selepas menunaikan solat jamak.  Aku juga tidak lupa akan bacaan Yasin dan al-Mathurat setiap subuh dan maghrib sebagai bekalan musafir.  Mengapakah aku menerima layanan sedemikian rupa?  Terbayang-bayang wajah pekedai jaket kulit yang pandai berpura-pura itu.  Terngiang-ngiang kata-katanya yang amat menghiris rasa itu.

Dr. Liza, Hajah Normah dan Hajah Zalehon tidak menyedari kejadian yang berlaku.  Mereka sedang asyik membelek-belek kasut dan beg tangan kulit di kedai sebelah.  Kak Chah dan Shahmeem pula sedang menawar harga pewangi daripada seorang peniaga wanita.  Aku mencuit bahu Kak  Chah lalu mengisyaratkan jari ke arah sebuah kedai menjual seramik.  Kak Chah mengangguk.  Aku tidak ada niat pun untuk membeli seramik.  Aku cuma ingin pergi sejauh mungkin dari depan kedai jaket kulit itu.  Pekedai seramik mengalu-alukan kedatanganku.  Aku cuma diam membatu.

(Dipetik daripada cerpen “Jaket Kulit Kijang dari Istanbul” dalam antologi

Jaket Kulit Kijang dari Istanbul, DBP)

(i)                    Siapakah yang telah menerima sedekah daripada “aku”?          [2 markah]

________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

(ii)         Pada pendapat anda, bagaimanakah seseorang itu dapat menyesuaikan diri ketika berada di tempat orang?                                                          [3 markah]

______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

(iii)          Huraikan satu latar masyarakat yang terdapat dalam petikan cerpen di atas dan satu latar masyarakat yang lain daripada keseluruhan cerpen.                                                      [4 markah]

________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

JAWAPAN LATIHAN 3 (CERPEN JAKET KULIT KIJANG DARI ISTANBUL)

(i)                    Siapakah yang telah menerima sedekah daripada “aku”?           [2 markah]

–    seorang pengait benang yang kesejukan di Pigeon Valley

–    seorang kanak-kanak bersama-sama datuknya di Gunung Bolu

–    seorang lelaki yang cacat anggota di Masjid Ulu

(ii)                    Pada pendapat anda, bagaimanakah seseorang itu dapat menyesuaikan diri ketika berada di tempat orang?                                   [3 markah]

–        Bersikap ramah dengan penduduk tempatan

–        Mengenali adat dan budaya di negara tersebut

–        Bersikap fleksibel dan terbuka terhadap teguran masyarakat sekeliling

(iii)                    Huraikan satu latar masyarakat yang terdapat dalam petikan cerpen di atas

dan satu latar masyarakat yang lain daripada keseluruhan cerpen.                                                                                                                      [4 markah]

–        Dalam petikan cerpen – masyarakat yang pemurah (penulis bersedekah sebanyak 4 kali )

–        Daripada keseluruhan cerpen – masyarakat yang mencintai hidupan liar ( Mas sanggup mendermakan hasil jualan jaketnya kepada zoo yang ada kandang kijang.

///////////////////////////////////////////////////////////////////

Sample Question + Answer (9)

Question 9

There is a saying “ No pain, no gain”.

How is this saying is portrayed in the novel that you have read ?

With the close reference to the text, give reasons and examples to support your answer.

Answer :

The saying ‘No pain, no gain’ is very suitable to describe Dawan’s journey in getting her father’s permission to go to the City to study. In the novel ‘Sing to the Dawn’, Dawan is offered a scholarship but she faces fierce opposition from her father and even her brother. She tries to ask her father nicely but even the mere mention that she has won the scholarship instead of her brother makes him very angry, and he storms out of the house. Dawan is disappointed but she has a strong resolve. When her grandmother suggests to visit Noi, who has been to the City, she is excited to do so, hoping that Noi will help persuade her father. Unfortunately, another disappointment awaits her as Noi and her husband are bent on discouraging Dawan from going to the City. They tell her of all the sadness and disappointments the City has to offer. There seems to be nothing good that can come out of Dawan going to the City.

However, Dawan does not give up. She makes plans to visit the head monk in the village temple as she believes the monk can persuade her father since her father respects him very much. Despite all her efforts, the monk is not helpful, preferring to concentrate on spiritual matters and putting aside material acquisition. To him, getting an education is pointless, even more so for a girl. Again, Dawan is hurt and she almost gives up if not for the encouragement of her new-found friend, Bao, that she met in the village marketplace. To rub salt into the wound, her brother, Kwai. makes it very clear how bitter and disappointed that he did not get the scholarship and feels that he would benefit more from going to the City to study, so he could help their village. Dawan disagrees and insists on going.

In the end, there are harsh words exchanged and resentment between the two siblings. Despite all the pain that Dawan has to experience, she finally docs achieve something. Her perseverance and sincerity is finally understood by her father and brother, and they give their reluctant blessings and permission to go. Truly for Dawan, if she had not gone through the pain, she would not have so much to gain.

Sample Question + Answer (12)

Question 12

Based on the novel that you have studied, write about the importance of relationships. Give reasons why the relationships are important.

Answer :

One important relationship in the novel ‘Sing to the Dawn’ is the relationship between siblings. The sibling relationship between Dawan, the main character in the novel, and her brother. Kwai, cover the whole continuum of sibling relationship. At the start of the novel, the reader can see how close Dawan is to her brother. They sneak off at dawn before the rest of the family awakes to head to their favourite spot on the old bridge to wait for the sunrise. This time together is spent doing things they enjoy such as enjoying nature, talking about their future, hopes and fears. There is a true sense of kinship, warmth and love.

However, when a challenge comes into their lives, in the form of one winning a scholarship to study in the City, the other reacts negatively. Dawan wins the scholarship and Kwai is upset. He does not even stay to congratulate her but storms home on his own. He believes he should have got the scholarship as Dawan is a girl and does not understand the responsibility of using the opportunity to better the lives of their family and the villagers. This provokes Dawan into shouting at her brother and argues counter that she can do just as well as he can. A ‘stony silence’ descends between the siblings and there is a ‘tinge of bitterness”. The easy-going affection between the two siblings is now no longer evident. Deep down they still love each other. There are instances of Dawan wanting to give up the scholarship for her brother but she also realises that this is her opportunity to do something, to rise above her circumstances as a girl and a poor villager.

In the end Kwai helps to persuade their father to allow Dawan to go to the City. He is even willing to let go his second position to another student if their father refuses to let Dawan go. There is still a deep sense of disappointment and regret in Kwai despite it all. as he does not see his sister of” when she leaves in the bus. His excuse is that she already has the whole village there to see her off. Dawan is extremely sad but their sibling relationship, their ties bound by their blood comes through and Dawan sees him waving at her from their favourite spot on the old arched bridge as he sings their favourite song.

Nilai dan Pengajaran

Drama Mahkamah : Nilai dan Pengajaran

Nilai

(a) Keadilan. (d) Keyakinan. (g) Keberanian.
(b) Tanggungjawab. (e) Rasional. (h) Keprihatinan.
(c) Ketegasan. (f) Simpati.

.

Pengajaran

(a)   Kita hendaklah tegas dalam menjalankan sesuatu tugas.

(b)   Kita mestilah bertanggungjawab untuk menjaga kebersihan alam sekitar.

(c)   Kita hendaklah bersimpati terhadap golongan miskin.

(d)   Kita hendaklah bersikap rasional ketika menjalankan tugas.

(e)   Kita mestilah menggunakan bahasa Melayu terutamanya dalam urusan rasmi.

(f)    Kita mestilah berani kerana benar.

Plot – Binaan Plot, Teknik Plot

Drama Mahkamah : Plot – Binaan Plot, Teknik Plot

Plot

Binaan Plot

(a)   Permulaan – Setelah semua hadir di dalam mahkamah itu, hakim memulakan perbicaraan. Pegawai meminta Tertuduh I masuk. Tertuduh I mengangkat sumpah. Pendakwa raya membaca pertuduhan terhadap Tertuduh I, iaitu Bulat bin Leper. Dia telah dituduh menyebabkan kematian seorang nenek tua, iaitu Mek Teh binti Jali yang berumur 99 tahun di Taman Gagak Putih. Peguam bela dipanggil masuk ke ruang perbicaraan untuk membela Bulat bin Leper. Peguam bela diberi tempoh seminit untuk berunding dengan anak guamnya.

(b)   Perkembangan – Bulat bin Leper mengaku bahawa dia berada di Taman Gagak Putih ketika itu. Dia telah makan sebiji pisang dan membuang kulitnya. Namun begitu, dia tidak mengaku bahawa dia yang menyebabkan kematian Mek Teh. Pendakwa raya dan peguam bela saling berbalas hujah. Peguam bela membangkitkan isu tentang seekor kambing yang sangat kurus dan lapar. Kambing itu telah makan sisa buangan di dalam tong sampah itu dengan rakusnya. Akibatnya, kulit pisang yang dibuang oleh Bulat bin Leper tercampak ke jalan raya. Ketika nenek tua melalui jalan itu, dia terpijak kulit pisang itu lalu terjatuh. Seterusnya, nenek tua itu meninggal dunia. Dengan itu, jelaslah bahawa Bulat bin Leper tidak bersalah. Peguam bela merayu agar mahkamah membebaskan Bulat bin Leper daripada tuduhan membunuh secara tidak sengaja, tanpa syarat. Setelah meneliti hujah pendakwa raya dan peguam bela, hakim membuat keputusan bahawa Bulat bin Leper tidak bersalah.

(c)   Klimaks – Tertuduh II dipanggil masuk. Tertuduh II tidak pandai berbahasa Melayu. Hakim menyuruh pegawai memanggil penterjemah. Pendakwa raya membaca pertuduhan terhadap Tertuduh II, iaitu Akinomoto. Pada 20 Mac 1988, Akinomoto telah dituduh mencuri seekor beruk subsidi milik kerajaan Malaysia dari stor JKK Ulu Dungun. Akinomoto tidak faham akan istilah beruk subsidi. Oleh itu, hakim meminta pendakwa raya memperincikan istilah beruk subsidi tersebut. Pendakwa raya memberikan penjelasan tentang istilah tersebut dengan menggunakan bahasa Inggeris. Akinomoto semakin tidak faham dan meminta pendakwa raya menggunakan bahasa Melayu. Hakim meminta pendakwa raya menghuraikan istilah beruk subsidi tersebut dalam bahasa Melayu. Akinomoto memahami penjelasan tentang istilah beruk subsidi itu dan mengaku bersalah atas tuduhan tersebut. Akinomoto turut menyatakan bahawa ibu beruk itu sudah hamil. Dia mahu mengembalikan ibu beruk itu kepada yang berhak dan dia mahu membela anaknya.

(d)   Peleraian – Hakim memerintahkan Akinomoto memelihara ibu beruk itu sehingga selamat melahirkan anaknya. Sebagai dendanya, Akinomoto perlu menjaga anak beruk itu sehingga mencapai umur akil baligh. Akinomoto juga dipaksa memanjat pokok kelapa dengan anak beruk itu menjadi tuannya.

.

Teknik Plot

(a) Dialog.                               (b) Pemerian.

Sinopsis

Drama Mahkamah : Sinopsis

Setelah semua hadir di dalam mahkamah itu, hakim memulakan perbicaraan. Pegawai meminta Tertuduh I masuk. Tertuduh I mengangkat sumpah. Pendakwa raya membaca pertuduhan terhadap Tertuduh I, iaitu Bulat bin Leper. Dia telah dituduh menyebabkan kematian seorang nenek tua, iaitu Mek Teh binti Jali yang berumur 99 tahun di Taman Gagak Putih.

Bulat bin Leper memahami pertuduhan yang dibaca oleh pendakwa raya tersebut. Namun begitu, dia tidak mengaku bersalah. Peguam bela dipanggil masuk ke ruang perbicaraan untuk membela Bulat bin Leper. Bulat bin Leper mengaku bahawa dia berada di Taman Gagak Putih ketika itu. Dia telah makan sebiji pisang dan membuang kulitnya. Pendakwa raya menyatakan bahawa seorang nenek yang sedang berjoging telah terpijak kulit pisang yang dibuang oleh Bulat bin Leper itu. Nenek tersebut tergelincir dan jatuh. Kejadian itu menyebabkan pinggang nenek tua itu patah. Malah, nenek tua itu meninggal dunia dalam perjalanan ke hospital. Pendakwa raya mendesak Bulat bin Leper supaya mengaku bahawa pernyataan tersebut benar. Bulat bin Leper tetap tidak mahu mengaku. Peguam bela bangun lalu membantah tindakan pendakwa raya yang seolah-olah cuba menekan anak guamnya.

Peguam bela menyatakan bahawa pada waktu tersebut Bulat bin Leper telah makan sebiji pisang berangan. Kulit pisang itu dibuang oleh Bulat bin Leper ke dalam tong sampah yang disediakan oleh pihak berwajib, tetapi pintunya sudah rosak. Bulat bin Leper mengaku bahawa kenyataan tersebut benar. Peguam bela menyambung kenyataan bahawa Bulat bin Leper sedar bahawa tugas membaiki pintu tong sampah itu bukan tugasnya. Tambah peguam bela lagi, tindakan membuang kulit pisang itu ke dalam tong sampah sudah cukup memperlihatkan kesedaran sivik Bulat bin Leper. Malah, Bulat bin Leper telah menunjukkan contoh yang baik.

Pendakwa raya membantah hujah peguam bela dengan menyatakan bahawa peguam bela cuba memutarbelitkan kenyataan. Peguam bela menyambung hujahnya dengan menyatakan bahawa Bulat bin Leper telah membuang kulit pisang itu ke dalam tong sampah. Seekor kambing yang sangat kurus dan lapar telah makan sisa buangan di dalam tong sampah itu dengan rakusnya sehingga kulit pisang tersebut tercampak ke jalan raya. Oleh sebab kambing tersebut terlalu letih, matanya menjadi kabur dan berpinar-pinar. Kambing itu tidak nampak kulit pisang sehingga kulit pisang itu terkais ke atas jalan raya. Ketika nenek tua melalui jalan itu, dia terpijak kulit pisang itu lalu terjatuh. Seterusnya, nenek tua itu meninggal dunia. Dengan itu, jelaslah bahawa Bulat bin Leper tidak bersalah. Yang bersalah ialah kambing yang kurus itu. Oleh itu, kambing tersebutlah yang perlu dihukum bukannya Bulat bin Leper. Peguam bela merayu agar mahkamah membebaskan Bulat bin Leper daripada tuduhan membunuh secara tidak sengaja, tanpa syarat.

Pendakwa raya pula meminta mahkamah menjatuhkan hukuman yang berat terhadap Bulat bin Leper. Pendakwa raya menyatakan bahawa mahkamah adalah untuk manusia, bukan untuk binatang. Peguam bela tidak bersetuju dengan kenyataan pendakwa raya. Peguam bela menyatakan bahawa setiap binatang peliharaan mesti ada tuannya. Oleh itu, tuan empunya kambing itulah yang perlu dihukum. Jika tidak ada yang mahu mengaku, maka kambing itu harus menjadi milik pihak berwajib. Setelah meneliti hujah pendakwa raya dan peguam bela, hakim membuat keputusan bahawa Bulat bin Leper tidak bersalah.

Mahkamah berhenti rehat. Selepas dua minit, mahkamah bersidang semula. Tertuduh II dipanggil masuk. Tertuduh II tidak pandai berbahasa Melayu. Seisi mahkamah kecuali hakim ketawa apabila Tertuduh II mengangkat sumpah dalam bahasa yang tidak difahami. Hakim menyuruh pegawai memanggil penterjemah. Pendakwa raya membaca pertuduhan terhadap Tertuduh II, iaitu Akinomoto. Pada 20 Mac 1988, Akinomoto telah dituduh mencuri seekor beruk subsidi milik kerajaan Malaysia dari stor JKK Ulu Dungun. Akinomoto tidak faham akan istilah beruk subsidi. Oleh itu, hakim meminta pendakwa raya memperincikan istilah beruk subsidi tersebut. Pendakwa Raya memberi penjelasan tentang istilah tersebut dengan menggunakan Bahasa Inggeris seperti yang tercatat dalam kamus The Advance Dictionary of the Modern English for the Malaysian World.

Akinomoto menyatakan bahawa dia semakin tidak faham dan meminta pendakwa raya menggunakan bahasa Melayu. Hakim bersetuju bahawa bahasa Melayu yang merupakan bahasa kebangsaan seharusnya digunakan di dalam mahkamah tersebut. Beliau meminta pendakwa raya menghuraikan istilah beruk subsidi tersebut dalam bahasa Melayu. Akinomoto memahami penjelasan tentang istilah beruk subsidi itu dan mengaku bersalah atas tuduhan tersebut. Akinomoto turut menyatakan bahawa ibu beruk itu sudah hamil. Dia mahu mengembalikan ibu beruk itu kepada yang berhak dan dia mahu membela anaknya.

Hakim memerintahkan Akinomoto memelihara ibu beruk itu sehingga selamat melahirkan anaknya. Sebagai dendanya, Akinomoto perlu menjaga anak beruk itu sehingga mencapai umur akil baligh. Akinomoto juga dipaksa memanjat pokok kelapa dengan anak beruk itu menjadi tuannya.

Latar Masa, Latar Tempat, Latar Masyarakat

Prosa Tradisional Pelanduk Mengajar Memerang : Latar Masa, Latar Tempat, Latar Masyarakat

Latar

Latar Tempat
(a) Hutan rimba. (c) Kota istana.
(b) Dalam lubang. (d) Lubuk.
.

Latar Masa

(a) Pada zaman dahulu. (c) Waktu petang.
(b) Waktu siang. (d) Waktu malam.

.

Latar Masyarakat

(a)   Masyarakat haiwan yang tinggal di rimba.

(b)   Masyarakat yang mementingkan diri sendiri.

(c)   Masyarakat yang berlaku jujur terhadap pemerintah.

(d)   Masyarakat yang patuh kepada pemerintah.

(e)   Masyarakat yang sentiasa bersedia untuk menjaga keselamatan pemerintah.

(f)    Masyarakat yang cepat bertindak.

(g)   Masyarakat yang mengakui kesilapan diri.

(h)   Masyarakat yang bijak dalam menyelesaikan masalah.

Tema dan Persoalan

Prosa Tradisional Pelanduk Mengajar Memerang : Tema dan Persoalan

Tema

Balasan terhadap golongan yang menganiayai golongan lain.

.

Persoalan

(a)   Sikap tamak, iaitu mahu mendapatkan sesuatu dengan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan nasib pihak lain.

(b)   Aduan dibuat kepada yang pihak yang berkuasa.

(c)   Pengadilan memerlukan saksi.

(d)   Kebijaksanaan untuk menyelesaikan masalah.

(e)   Bercakap benar di hadapan pemerintah.

(f)    Sentiasa bersedia untuk menyelamatkan pemerintah.

(g)   Mengakui kesalahan yang telah dilakukan.

Plot – Teknik Plot, Gaya Bahasa (Cerpen Tingkatan 4) 

Cerpen Jaket Kulit Kijang dari Istanbul : Plot – Teknik Plot, Gaya Bahasa (Cerpen Tingkatan 4) 

Plot – Teknik Plot

Teknik pemerian. Contohnya, penulis menerangkan keadaan di dalam sebuah kedai menjual jaket kulit yang dimasukinya di Grand Bazaar, Istanbul.

Teknik imbas kembali. Contohnya, Mas teringat kembali akan jenaka sufi yang telah dibacanya dalam 202 Jokes of Nasreddin Hodja yang dibelinya di Capadocia. Nasreddin Hodja lahir di Horto dan dibesarkan di Aksehir, Turki semasa zaman pemerintahan Sultan Timur Leng.

Teknik imbas muka. Contohnya: Mas membayangkan wajah-wajah kegembiraan rakannya ketika menerima cenderamata yang dibelinya dari Turki tersebut.

.

Gaya Bahasa

Pengarang menggunakan beberapa perkataan bahasa Melayu yang bercampur dengan bahasa Inggeris.

Pengarang menggunakan ayat pendek, ayat sederhana panjang, dan ayat panjang.

Simile. Contohnya, umpama senjata untuk mempertahankan diri, seperti bintang filem jika memakai jaket kulit.

Penggunaan kata bahasa Inggeris. Contohnya, Made in Turkey.

Plot – Binaan Plot (Cerpen Tingkatan 4)

Cerpen Jaket Kulit Kijang dari Istanbul : Plot – Binaan Plot (Cerpen Tingkatan 4)

Plot – Binaan Plot

Peristiwa-peristiwa dalam plot cerpen ini disusun secara tidak kronologi.

Permulaan atau eksposisi cerpen ini dimulai apabila Mas/penulis menyertai sekumpulan pelancong sebanyak 30 orang dari Malaysia melancong ke Istanbul, Turki.

Pada tahap perkembangan, penulis menceritakan kumpulan pelancong ini berkunjung ke pusat beli-belah yang dikenali Grand Bazaar. Encik Yuksel, pemandu pelancong bagi rombongan tersebut, memberikan panduan dan nasihat agar lebih berhati-hati ketika berbelanja di Grand Bazaar kerana tidak mahu mereka terjerat oleh tipu muslihat peniaga di situ. Mas dan kumpulannya berjalan-jalan hingga tiba di sebuah kedai menjual jaket kulit. Pekedai itu mempelawa mereka masuk dan melayan mereka dengan ramahnya.

Tahap perumitan/konflik bermula apabila Mas/penulis dimarahi oleh seorang pekedai lelaki yang tidak berpuas hati kerana tidak membeli jaket kulit yang telah dicubanya. Pekedai tersebut menuduh Mas sebagai perempuan Muslim yang tidak baik, selain mengeluarkan kata-kata kesat.

Klimaks cerpen ini adalah apabila Mas/penulis sedar bahawa dia tidak memerlukan jaket kulit kijang itu. Oleh hal yang demikian, dia berhasrat untuk menjual jaket itu kepada sebuah kedai pakaian terpakai apabila pulang ke Malaysia nanti.

Peleraian cerpen ini bermula apabila penulis bercadang untuk mendermakan wang jualan jaket itu kepada mana-mana zoo yang ada kandang kijang sebagai tanda muhibah terhadap kijang-kijang yang telah dibunuh demi gaya hidup manusia yang penuh kemodenan.